Oleh: jandjangun | 14 Juli 2009

Sejarah lagu BALE NAGI

Didesak Kebutuhan

Bermula dari pentas budaya antar daerah kabupaten-kabupaten se-Flores yang akan digelar oleh para siswa Seminari Menengah St.Johanes Berchmans -Mataloko – Ngada – Flores untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-38 Rektor atau Direktur Seminari, Pater Alex Beding SVD pada 13 Januari 1962.
Siswa-siswa Flores Timur atau Turunan Flores Timur hanya berjumlah kurang lebih sepuluh siswa, dilengkapi dengan beberapa siswa dari Maumere yang berasal dari Boganatar yaitu daerah dekat perbatasan Larantuka- Maumere. Keuskupan Larantuka sudah memiliki Seminari Menengah di Hokeng. Kelompok siswa dari pelbagai daerah (kabupaten) dapat dengan mudah pentaskan satu sajian budaya daerahnya (tari atau lagu) karena jumlahnya cukup banyak. Yang dapat dipentaskan oleh kelompok siswa asal Flores TImur adalah bernyanyi.

Motivasi Mencipta
Pada saat itu saya, Jan Berchmans Lisen Djangun adalah seorang siswa kelas V atau II di SMA Seminari Mataloko.
Dalam diri saya ada garis turunan 25% Maumere, 25% Manggarai tetapi 50% Nagi – Lokea- Larantuka. Karena cukup berlatar belakang seni musik, saya berinisiatif menggubah satu lagu khusus, khas Larantuka (Nagi). Bakat musik berasal dari keluarga, dipoles pengalaman mengikuti paduan suara di bawah dirigen Pater Albert Van der Heyden SVD, berguru seni musik pada Pater Jan Lali SVD dan dilatih menggesek biola musik klasik oleh Pater Piet Rozing SVD dan Pater Anton Sigoama Letor SVD. Kiranya cukup bekal untuk menghadirkan sebuah lagu baru bernuansa NAGI, berjudul BALE NAGI.
Beberapa hari menjelang HUT tersebut, otak remaja ini dipaksa menemukan inspirasi untuk lagu khusus ini. Akhirnya inspirasi muncul juga.

Sumber Inspirasi
Saya mempunyai pengalaman beberapa waktu tinggal dan bersekolah di Larantuka pada tahun 1952 kelas I Sekolah Rakyat. Pernah berlibur di Larantuka di tahun 1959-1961 pernah menelusuri jalan dalam rintik hujan malam dari Lokea- Pantai Suster/Uste- Waibalun bola bale dengan bentangan laut kelam berhiaskan kerlipan lampu para nelayan bekarang (menangkap ikan) . Pernah mengalami nae-bero (sampan nelayan) bola-bale Larantuka – Ariona (Pantai di Adonari di sebelah pantai Wure-Larantuka) bersama Almarhum nenek Elisabeth Aliandoe Fernandez mengunjungi kakek moyang Usen Aliandoe (alm) dan memahami alamiah keseharian arus ole dan arus wura (arus bolak balik berganti pagi dan petang akibat sempitnya Selat Larantuka antara Laut Flores di utara dan Laut Sawu di selatan). Pengga ole maura artinya melintasi Selat Larantuka dibantu oleh arus ole dan arus wura.

Syair Bale Nagi (Asli- tanpa notasi)
Lia lampu menyala di pante Uste-e
Orang bekarang di angin sejo-e
Inga pa mo ema jao -e
Inga ade mo kaka jao-e

Pengga ole ma wura lewa Tanjo Bunga -e
Malam embo ujan po rinte-e
Tanjo Bunga meking jao-e
Sinyo tedampa pi Nagi orang-e

Reff : Bale Nagi Bale Nagi Sinyo -e
No-e, kendati nae bero -e
Bale Nagi, Bale Nagi Sinyo -e
No-e , kendati nae bero -e

Nota : Dalam dialek Nagi sebutan ”e” dilampirkan sebagai bunyi ucapan aksentuatif dengan mengajak atau menegaskan (bandingkan dengan akhiran -lah dalam bahasa Indonesia)

Karakter Lagu
Ber-tonal range satu setengah oktaf, bernada dasar G, A atau Bes, tergantung pada kemampuan pencapaian nada oleh Penyanyi. Birama yang dipakai adalah 3/4. Bersyair dua bait dengan Reffrain untuk tiap bait. Ada Finale Mezopiano ke Pianissiomo mendayuh mengakhiri lagu. Durasi 4,5 menit , mencapai 6-7 menit dengan variasi iringan musik. Mengklimaks pada nada tertinggi, disusul antiklimaks dengan 4 ritma berdinamika ritardando yang bermakna menyadarkan dan mengajak Bale Nagi-Inga Se Nagi Tana.

Sajian Perdana 13 Januari 1962

Berpacu dengan hari pentas, lagu khusus ini harus jadi. Biar sederhana asal tuntas, mudah dinyanyikan serta akrab dengan situasi masyarakat. Selanjutnya mengajak beberapa rekan seminaris berlatih untuk tampil bernyanyi. Seingat saya beberapa rekan seminaris yagn ikut menyanyikan lagu ini adalah : Polce Boleng, Jan Djuang, Ignatius Martin, Jan Sani, Martin Dele, Camilus Patal Namang, Matheus Mola, Eugenius Eli dan beberapa rekan lain dari Boganatar, dimana sebagian mereka sudah menjadi Pastur. Untuk visualisasi atas lagu tersebut dibuat satu model sampan kecil, digantung di bahu berdua oleh saya dan Polce Boleng. Mendayung dan menggerakkan sampan Pati Golo, mengiringi alunan lagu Bale Nagi.

Berkumandang di RRI Kupang

Pada bulan Juni 1967, saya berlibur ke Kupang, Wakil Pastur Paroki, Pater Blasius Fernandez SVD pada suatu malam bertugas mengisi acara Mimbar Agama Katolik di RRI Kupang. Saya mengajukan agar lagu Bale Nagi boleh jadi lagu selingan. Lalu usul saya disetujui. Para penyanyi dadakan adalah para seminaris cilik kelas I dan II SMP Seminari Lalian asal kota Kupang, kebetulan turunan Nagi. Antara lain Cyrillus Belen, Bapak Buang Laju dan beberapa lagi lainnya. Ini merupakan pentas publik ke-2.

Bale Nagi memasyarakat keseluruh Penjuru di tahun 1970-1980

Sampai dengan tahun 1970, lagu Bale Nagi hanya menjadi milik sanak saudara di Kupang dan Larantuka. Di Jakarta, saya menemukan teks areansemen lagu Bale Nagi dalam buku Irama Flobamora -Himpunan Lagu Daerah Nusa Tenggara Timur, penyusun Drs. Apoly Bala, MPd.
Antara tahun 1970-1980 Berawal dari kopian kaset lagu keluarga Martin Djangun yang dibuat rekaman menjelang pindah tugas dari Kupang ke Jakarta pada Juni 1970, di dalam kopian kaset ini ada suara gabungan keluarga Djangun – Fernandez menyanyikan lagu Bale Nagi.Dimana dalam suara itu ada adik saya Denny Djangun (masih kelas II SMP di Kupang) bernyanyi juga dengan iringan gitar dan biola oleh keluarga di Kupang.
Masyarakat NTT di Jakarta terbiasa mendengar Lagu Bale Nagi melalui Band de Rosen dan Band Trio Kelimutu, baik di kalangan masyarakat NTT maupun tayangan Budaya Nusantara di TVRI, Jakarta. Selanjutnya lagu Bale Nagi menemani para perantau asal Nagi yang menyebar ke seluruh Nusantara dan para misionaris asal Nagi yang merantau ke pelbagai negara.

Beberapa Ilustrasi
Karena sudah terlalu lama Lagu Bale Nagi menggema tanpa kemunculan pencipta lagu (N.N) pada tahun 1994, adik saya Denny Djangun pada suatu kesempatan acara keluarga memproklamirkan di Nagi /Lokea bahwa Lagu Bale Nagi diciptakan oleh kakaknya : Jan Djangun.
Pada November 2004, pas hari Ulang Tahun almarhum Nenek Elisabeth Aliandoe ke-100 , di Larantuka, pada suatu malam, Denny Djangun dengan beberapa saudara berkaraoke di gedung Karaoke Meting Doeng, Postoh bertemu dua wanita eks Patriat (orang asing guru bahasa Inggris) yang berkomentar : “Kalau nanti balik ke Inggris, mereka harus tahu dan membawa lagu Bale Nagi, karena lagunya bagus.”
Pada 27 Desember 2005 diadakan Open House Group Panbers di kediaman Benny Panjaitan. Pada kesempatan ini Bale Nagi dinyanyikan duet oleh Denny Djangun dan Benny Panjaitan, direkam oleh Divisi Cek dan Ricek di RCTI dan ditayangkan di RCTI pada tanggal 30 Desember 2005.
Pada Tahun 2007, saya bertemu seorang Biarawati di bandara Wati Oti, Maumere yang baru saja pulang belajar dari Filipina. Biarawati ini berkomentar “Kalau otak capek dan suntuk setelah belajar di Manila, tutup buku lalu putar lagu Bale Nagi, biar lepas ketegangan dan merasa terhibur, seolah berada di tengah keluarga di Nagi.”
Pada bulan April 2008, di suatu kios CD/VCD di pasar Oe Be -Kupang, saya iseng menanyakan pada penjual CD/VCD : apa ada lagu Bale Nagi? Jawabnya “Sonde ada lai Bapak. Itu lagu su lama, ada di beta pung kaset di rumah…ITu beta pung mama pung lagu buat bikin tidur anak kici.”
Pada bulan Juli 2008, Kelompok Musik Tiup Fanfare dari Keuskupan Larantuka singgah di Jakarta dalam lawatan pentasnya ke Batam. Diiringi Musik Tiup Fanfare, Lagu Bale Nagi sempat digelar spontan pada acara di Taman Mini Indonesia Indah, dengan dinyanyikan oleh saya, Denny Djangun, Ardy Gebang, Lorens Fernandez, Nisman Diaz dan Adi Fernandez (saudara -saudara sepupu asal Lokea-Larantuka)
Pada bulan Mei 2009, secara kebetulan dengan seorang kenalan baru asal Flores Timur yang berkomentar: “Lagu Bale Nagi noka menyenangkan dan menyentuh hati bua bulu badan bediri.”
Hari Sabtu 16 Mei 2009, TVRI menayangkan paket upacara tradisi umat Katolik di Larantuka pada Semana Santa (Pekan Suci) Paskah 2009. Tayangan tersebut diakhiri dengan alunan lagu Bale Nagi (Suara Benny Panjaitan- Panbers). Pada saat itu juga ketika dihubungi oleh Denny Djangun, Benny Panjaitan sedang melakukan tour Panbers di Balikpapan yang secara spontan mengatakan bahwa.”Itu lagu bagus” Sambil bersenandung lagu Bale Nagi via handphone-nya.

Catatan Khusus
Tercatat beberapa nama yang sejauh ini telah memasyarakatkan lagu Bale Nagi, antara lain:
Inggris Fernandez bersama Band de Rosen, Lydia Jacob Fernandez, Benny Panjaitan – Panbers dengan VCD khusus berjudul Bale Nagi (atas jasa baik Bapak Wens Kopong), penyanyi khusus dalam Gita Sasando. VCD karya Yan Leba /Dus da Silva dalam Arik Sarennya yang berjudul Bale Nagi numpang Bale Nagi.
Sebuah lagu yang ternyata menjadi terkenal dan didendangkan banyak kalangan luas merupakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi penciptanya. Namun sampai saat ini pencipta lalai / belum memproses Hak Cipta atas lagu Bale Nagi melalui HAKI (Hak Atas Karya Ilmiah / Hak Cipta)
Beberapa pihak telah menyarankan saya untuk memproses Hak Cipta Bale Nagi melalui lembaga HAKI


Tanggapan

  1. Dear Yan,
    Senang sekali membaca tulisanmu tentang sejarah lagu Bale Nagi. Samasekali tidak menyangka bahwa Yan pencipta lagu nagi yang populer ini.Salut, lagu ini sungguh menjadi lagu
    Mungkin masih ingat saya, Rufin Kedang, tamatan Seminari Hokeng tahun 1965, jadi kita seangkatan, lalu masuk Ledalero sekelas dengan Yan Bele, Martin Toke etc.
    Tahun 1969 meninggalkan Ledalero dan belajar di Fakultas Sastra UGM, seangkatan dengan Inyo Fernandez, adik kelas Peter Hagul. Kita masih bertemu di Yogya waktu itu.
    Tahun 1977 ke Melbourne mengajar di Monash University dan sampai sekarang masih menetap di Australia. Sekarang mengajar bahasa Indonesia di Victorian School of Languages di Melbourne. Masih ingat Yan Gawa? Dia tinggal di Darwin di utara benua Australia, sedangkan kami di selatan, kami hanya bertemu muka satu kali selama ini. Harap Yan sehat sejahtera.

    Salam untuk keluarga,
    Rufin Kedang.

    • Halo….saya senang bisa bertemu disini. Saya inga sekali semuanya dari awal sampai akhir tulisan Rufin Kedang. Beberapa waktu yang lalu, saya ke Larantukabertemu dengan teman2 kita: Kobus Kia, (Lewoleba), Herman Utang (Pastor di Nagi), namun tidak sempat ketemu DR. Elias Kopong waktu di Kupang. Baru saja baca komentar ini. Dalam rangka acara persiapan 5 abad Tuan Ma di Nagi, lagu Bale Nagi berkumandang terus dalam pertemuan2 lain di Indonesia.God Bless Us. (email: jan.djangun@yahoo.com)

  2. No Yan,

    Terima kasih, no, atas tanggapan yang membawa kembali banyak kenangan lama, seperti keseblasan novis (1965/6) yg no Yan latih sebelum ketorang pi Maumere bertanding melawan Persim, meskipun torang kalah. Juga saat-saat santai ketika no Yan datang bertandang ke Wisma Flora di Yogya.

    Sampai saat ini saya masih tetap kontak dengan kawan-kawan ex Yogya, no Oncu da Silva dan no Yakob Riberu di Jakarta, ketua panitia 5 Abad Tua Ma di nagi. Waktu anak perempuan saya menikah, no Yakob sekeluarga datang ke Melbourne juga. Sayang sekali kawan sekamar saya di Wisma Flora, Pius Ngamal, sudah meninggal.

    Dua minggu yg lalu saya di Flores selama seminggu, pertama menjenguk sdri saya sr Rufina yg sakit di Jopu, lalu ke nagi menghadiri pernikahan keponakan saya di Waibalun/Lrtk, kampung halaman saya. Senang sekali bisa iko menari lui re dan dolo-dolo. Sayang tidak bisa bertemu kawan baik saya Herman Utan dan Kobus Kia.

    Beberapa kali waktu berlibur di Lampung (istri saya Betty adalah adik dari dokter Felicianus Payung Pira, kawan sepakbola no Yan di Yogya dulu. Keluarga mereka tinggal di Lampung) saya berjumpa dengan dg no Yan pung ade yg menjadi pengurus kelompok doa Reinha Rosari di Bandar Lampung.

    Oh, ya, ada kalimat yg terputus dalam tanggapan saya tadi malam: “Lagu Bale Nagi adalah sungguh sebuah lagu penawar rindu bagi para perantau asal nagi dan Flores Timur pada umumnya. Bahkan kami di Melbourne juga sering bersama mendengarkan dan menyanyikan lagu rindu nagi itu”.

    Saya kira patut sekali bahwa ada acknowledgment utk no Yan sebagai penciptanya. Harap dapatkan legal adivce yg baik. Tetapi yg paling penting kita tahu sekarang siapa pencipta dan dari mana lagu ini berasal. Bagi saya pribadi, ceritera ttg Lagu Bale Nagi ini merupakan a pleasant surprise karena menyangkut orang-orang yg saya kenal baik. Penyanyi-penyanyi pertama seperti Polce Boleng, Yan Juan, Yan Sani dan Eugenius Eli adalah kawan-kawan dari tahun 60-an.

    Begitu dulu, no. Harap torang bisa berjumpa suatu waktu entah di nagi, di Jakarta, atau mungkin di Melbourne.

    Rufin Kedang.

  3. Syair lagu yang enak dan seakan memanggil buat s’lalu ingat kampung ketika di tanah rantau. Saya mendapat e-mail dari group flores di Australia tentang kisah atas inspirasi lagu ini. Harapan saya, semoga pak Jan segera mendaftar untuk hak ciptanya. Awas lho, nanti diklaim Malaysia lagi.

    Salut buat pak Jan, semoga bisa mencipta lagi lagu-lagu lain. Salam sejahterah.

    Charles. – Melbourne

    • Terimakasih atas tanggapannya. Sebuah Produser rekaman di Jakarta sedang memproses satu album lagu-lagu NTT diantaranya lagu Bale Nagi dengan memunculkan nama saya PENCIPTA BALE NAGI. Semua album selama ini selalu mencantumkan NN. Semoga Lagu Bale Nagi dan nuansanya menjadikan lagu ini LAGU UNGGULAN diantara lagu-lagu yang lainnya. Doakan. Haki atas Lagu Bale Nagi akan segera diproses. Tadi pagi Minggu, 2 Agustus Lagu Bale Nagi berkumandang meriah dan merdu pada acara Pesta Perak Pastur Yosef Jaga Dawan, SVD di Paroki St. Mikael Kranji Bekasi. Bangga dan terharu rasanya mengetahui bahwa Lagu Bale Nagi banyak mengisi acara-acara paguyuban-paguyuban Nagi- Lamaholot-Lewa Tanah di seluruh Nusantara. May God Bless Us.

  4. Yth Pa. Yan, senang sekali bisa berkomunikasi langsung dengan pencipta lagu “BALE NAGI” yang selama ini selalu membuat rindu pada NAGI. Saya yakin banyak orang Nagi yang belum/tidak tahu siapa sebenarnya pencipta lagu tsb, jadi saya sangat mendukung saran dari beberapa pihak ke Pa Yan untuk memprosesnya di HAKI.
    Blog ini juga bagus untuk menginformasikan kepada seluruh pencinta lagu BALE NAGI tentang sejarah penciptaannya (walaupun mungkin sangat terbatas), jadi saya mohon ijin untuk saya link diblok saya.

    Salam.

    • Yth Pa Yosep Asro, Sejauh informasi lanjutan yang ingin diupayakan melalui blok Pa Yosep, saya berbahagia dan berterimaksih atas kehendak baik ini. Saya bangga dan bersyukur kepada Tuhan bahwa banyak pihak yang senang dan terhibur mendengar lagu Bale Nagi, khususnya saudara-saudara yanag berasal dari Nagi. Jan Djangun. GBU

  5. Yang Terhormat Om Jan Djagun..
    Salam Kenal . . .
    Saya mungkin salah satu orang muda lewotanah yang tentunya amat sangat tidak mengenal pak Jan, kendati tahu dan hafal lagu Bale Nagi (yang selama ini kami kenal NN sebagai penciptanya). Tetapi setelah membaca sejarah lahirnya Lagu Bale Nagi ini, saya menjadi tahu dan yakin ada muatan moral yang besar yang hendak Pak Jan sampaikan kala itu, yang tentunya tetap relevant dengan keadaan sekarang. Ada pesan spirit yang dan tentunya harus dijalani oleh semua anak lewotanah di rantauan manapun yang mempunyai kerinduan dan tanggungjawab untuk sebuah daerah yang dikenal dengan ”Nagi”.
    Tentunya kerinduan akan gambaran “Nagi” yang terekam pada saat masa kanak-kanak kami tersebu, untuk saat sekarang amatlah berbeda. Akan tetapi keyakinan yang dapat kami tangkap untuk sebuah kerinduan akan masa lalu itu dapat kita bawa bersama untuk membangun Nagi kita saat ini dan akan datang entah siapa, kapan dan dimanapun tora semua berada.

    sekali lagi proveciat buat pak jan

    Salam hormat

    • Yang terhormat No Bernard Balun,
      Terimakasih. Setiap tanggapan yang baik terhadap LAGU BALE NAGI Dibaca oleh kami sekeluarga di rumah dngan perasaan tersanjung, haru, bahagia dan bersyukur untuk seluruh proses GOD’S PROVIDENCE atas diri saya. Semoga ungkapan yang tersirat dibalik surat No Bernard akan menjadi kenyataan konstruktif, khususnya melalui berkat dan pengantaraan Tuan Ma yang pada 2010, kita peringati secara khusus 5 Abad Tuan Ma di Nagi. Mohon doa untuk suksesnya Program-program jangka pendek maupun jangka panjang Yayasan Lamaholot Gelekat Tuan Ma dan Panitia demi Devosi dan trimakasih kita kepada Tuan Ma, yang mengkawal Nagi Tanah dari dulu sekarang dan yang akan datang. MARIA PROTEGENTE. Kebetulaan saya termasuk dalam Kepengurusan Yayasan dan Kepanitiaan tersebut. GBU

  6. Tidak sengaja menemukan tulisan ini. Saya orang Lio dan mengenal lagu ini lewat The Rosen Group tahun 70-an. Tidak hanya orang Nagi, semua orang Flobamor suka menyanyikan lagu ini. Kami di Manila juga sering menyanyikannya dalam pertemuan anggota Flobamor. Terima kasih atas karya Pak yan yang telah mendunia ini. Tuhan memberkati. Amen!

    • Terima kasih atas tanggapan dan komentar yang baik ini. Kita bersyukur atas anugerah lagu ini melalui saya. Judul Bale Nagi akan memotivasi warga Flores Timur di Manila, mensyukuri kehadiran Bunda Maria 5 Abad lalu melalui Lewotana Lamaholot (Larantuka). Berkah Doa Bunda Maria, 400an Missionaris asal Flores, berkarya di Ladang Tuhan di seluruh Pelosok dunia. Semoga Lagu Bale Nagi memotivasi dinamika hidup rohani dan jasmani kita, walaupun jauh di perantauan.

  7. trims utk sharing asal usul lagu Bale Nagi… usul agar secpatnya di hakpatenkan……….

    Salam hangat,

    SIMON

  8. Trimakasih sarannya No Simon. Memang sekarang lagi proses urus ke HAKI untuk Lagu Bale Nagi. GBU Jan Djangun- Jakarta.

  9. Saya seorang musisi tingal di Kaltim di salah satu perusahaan minyak dan Gas ( LNG) PT. Badak Bontang. Kami warga lamaholot di Kalimantan Timur merasa bangga atas karya bapak yang sangat menggugah dan menyentuh apabila lagu itu dikumandangkan dalam setiap acara .
    Saya sebagai seorang musisi salut atas karya Bapak karena kata – kata dalam syair lagu tersebut sungguh memberikan semangat kerja di tanah rantau dengan keyakinan bahwa suatu saat kita akan kembali ke Lewotanah bua bae Ema – Pa – Kaka – ade.
    Kami menunggu karya terbaru dari Bapak untuk menambah khasana budaya Lamaholot di bidang
    lagu-lagu daerah …… Kami selalu berharap….

    • Terimakasih pak Mateus tanggapannya. Memang hampir pada setiap acara saudara saudara warga Lewotana khususnya dan NTT pada umumnya, di daerah mana saja mereka berada sampai ke luar negeri (para misionaris asal NTT) tidak terlupakan menyanyikan lagu ini. Saya bersyukur dan terimakasih karena masih dapat menghibur dan memberikan semangat kerja di tanah rantau.

  10. BALE NAGI PENGOBAT RINDU LEWOTANAH…DAN MEMBAWA INSPIRASI DAN SEMANGAT KERJA UNTUK LEWOTANAH…

  11. SALAM DARI KOTA GAS DAN PUPUK BONTANG KALTIM DARI ” KELOMPOK DOA REINHA ROSARI LAMAHOLOT” BONTANG

    • Terimakasih saudaraku : Bastian Fernandez dan Daniel (a/n Kelompok Doa Reinha Rosari Lamaholot Bontang) atas tanggapan lagu Bale Nagi.ciptaan saya. Semoga tetap semangat dimanapun saja berada. Dari : Jan.Djangun – Jakarta.

  12. nahhhhhh…. akhirnya saya dapat juga sejarah lagu “Bale Nagi”. Terima buat yang sudah mempostkan tulisan ini.

  13. Sorry. Terima kasih maksud saya…

  14. Salam dalam nama Tuhan, om Jan…
    Saya sebagai putra flobamora berbangga sekali dengan lagu bale nagi yg selalu mengingatkan kita akan tanah air/ kampung halaman walau di tanah orang….

    Intuk itu saya berkeinginan dan kerelaan om Jan agar saya dapat mempublikasi artikel tentang lahirnya lagu bale nagi di media flores agar dapat dikenal….. karena saya yakin tidak semua orang flores bahkan orang nagi sendiri yg tahu siapa penciptanya…..

    terima kasih,
    salam dan doa kami buat om Jan…

  15. Trims atas muatan artikelnya, baru sekarang saya tau tentang pencipya lagu “bale nagi”. Sungguh bagus karya musik anda di masa itu dan bermanfaat untuk dikenangkan bagi kami generasi baru Larantuka. Bolehkah saya memuatnya kembali di blog saya di BLOG LARANTUKA http://larantuka2009.blogspot.com
    Silakan berkunjung ke sana dan berikan saran dan masukkan anda. Sebelumnya saya haturkan terima kasih.

    • Terimakasih untuk komentarnya. Boleh saja di muat lagi di “Blog Latantuka” karya saya “Sejarah Bale Nagi” agar khususnya turunan Nagi khususnya maupun NTT umumnya lebih mengenal tentang sejarah penciptaan lagu Bale Nagi. GBU

  16. terima kasih.BALE NAGI pengobat rindu dgn lagu Bale nagi
    trank sellu inga NAGI klu trank d rantau

    • Trimakasih. Saya bahagia dan bangga bahwa Lagu Bale Nagi ciptaan saya dapat menghibur, khususnya saudara-saudara kita yang sedang di rantau. GBU

  17. SIAPAKAH YG TIDAK KENAL LAGU BALE NAGI ? SEMUA ORANG SUKA LAGU INI. SANGAT MERAKYAT LAGU ITU DI NTT Pa Yan, salam hangat. senang sekali bisa tahu sejarah ini. buat torang yg ada di tanah orang ni,lagu itu benar-benar memberikan kesan yg luar biasa. membuat kami begitu merindukan kampung halaman, sampai menangis saat bernyanyi. nagi tanah…orang tua kaka ade….kapan lagi ketemu…YACH NANTI.
    TERIMA KASIH PAK YAN. TUHAN YESUS DAN BUNDA MARIA MENYERTAIMU SELALU.

    SALAM DAN DOA, Robertus Ludok Kelore, SMM- Malang.agustus 2010. trims slm u keluarga

  18. maaf, mau tanya pak masih bisa cipta lagu lain lagi?
    masih oke kan ? org seni tentu tampang awet muda terus

    • Terimakasih komentarnya. Saya sekarang sebagai panitia lagi sibuk mengadakan persiapan untuk acar “Peringatan 5 abad Tuan Ma di Nagi” nanti bulan Okt 2010. Smoga sesudah itu saya mendapat inspirasi baru untuk mencipta lagu lagi. GBU


Tinggalkan komentar

Kategori